Selasa, 25 Agustus 2009

BAGAIMANAKAH HUKUM I’TIKAF ?

I’tikaf adalah berdiam diri didalam masjid untuk mengkhususkan ketaatan kepada Allah SWT, perbuatan ini disunnahkan untuk mencari malam lailatul qadr, Allah telah mengisyaratkannya didalam Al-qur’an dengan firman-Nya :
وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

“ Dan janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid.”
( Qs. Al-Baqarah / 2: 187 ).

Telah diriwayatkan dalam da kitab shahih ( Bikhari dan Muslim ) dan selain keduanya bahwa Nabi SAW melakukan I’tikaf, para shahabat juga beri’tikaf bersama beliau 1 ,I’tikaf tetap disyari’atkan tidak dihapuskan, didalam dua kitab Shahih dari Aisyah dia berkata:

كَا نَ يَعْتَكِفُ اَلعَشْرَ الأَ وَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَ فَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

“ Nabi saw melakukan I’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan ramadhan sampai Allah Azza wa jalla mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau melanjutkan sepeninggalnya”2

Dalam kitab shahih Muslim dari Abu Said Al-Khudry Ra.bahwa Nabi saw melakukan i’tikaf sepuluh hari pertama dari Ramadhan, kemudian beri’tikaf pada sepiuluh hari pertengahan kemudian beliau bersabda, “ Sesungguhnya aku beri'tikafpada sepuluh hari pertama karena ingin mencari dan mendapatkan laitul qadr ini lalu aku beri’tikaf lagi pada sepuluh hari pertengahan , lalu aku dating dan dikatakan kepadaku, “ Sesungguhnya dia ( laitul qadr ) ada disepuluh hari yang terakhir maka barangsiapa yamg suka beri’tikaf diantara kalian hendaknya beri’tikaf”3. Lalu para manusia pun beri’tikaf bersama beliau. Imam Ahmad rah berkata “ Saya tidak mengetahui ada satupun ulama yang brselisih bahwa I’tikaf merupakan amalan yang disunnahkan.

Atas dasar ini maka I’tikaf menjadi sunnah berlandaskan ketetapan syari’at dan ijmak ulama.

Tempat pelaksanaannya adalah masjid yang ditegakkan didalamnya jamaah didaerah manapun juga, sesuai dengan keumuman firman Allah swt :

وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid.”

Yang paling baik adalah dilakukan dimasjid yang disitu ditegakkan Sholat Jum’at agar dia tidak perlu keluar untuk menunaikan sholat Jum’at, apabila ia beri’tikaf dimasjid yang tidak dipakai sholat Jum’at maka tidak mengapa dia keluar untuk melaksanakan Sholat jum’at.

Seorang yang beri’tikaf sebaiknya menyibukkan dirinya dengan segala amal ketaatan kepada Allah berupa sholat , membaca Al-Qur’an dan dzikrullah sebab itulah maksud dari I’tikaf, tidak mengapa dia berbincang dengan temannya sebentar, terutama jika perbincangan itu mendatangkan manfaat.

Diharamkan bagi orang yang I’tikaf berjimak dan segala perbuatan yang mengarah kesana.

Adapun mengenai keluarnya orang yang I’tikaf dari masjid, para ahli fiqih membaginya menjadi tiga bagian .

Bagian pertama :

Boleh, yakni keluar untuk yang diharuskan secara syari’at, atau tabiat kemanusiaan, seperti keluar untuk menjalankan sholat jum’at, makan, minum, jika tidak ada orang yang memberinya kedua hal itu, keluaruntuk berwudhu, mandi wajib ( janabat ) dan untuk buang air kecil maupun buang air besar.

Bagian kedua :

Keluar untuk mengerjakan amalan yang tidak wajib seperti menengok orang sakit, menghadiri pengurusan jenazah, jika dia mensyaratkannya diawal I’tikaf maka hal itu boleh dilakukan, jika tidak maka tidak boleh dilakukan.

Bagian ketiga :

Keluar untuk melakukan perbuatan yang melenyapkan amalan I’tikaf seperti pulang kerumah atau tempat berjualan (toko), menyetubuhi istrinya dan hal-hal sejenisnya, ini tidak boleh dilakukan, baik denga syarat sebelumnya maupun tanpa syarat. Allahlah yang Memberi Petunjuk.



Diambil dari :

MAJMU’ FATAWA Syaikh Muhammad bin shalih al –Utsaimin.
Pustaka Arafah, Cetakan 1 : Rabi’ul awwal 1423 H / agustus 2002.


  1. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab I’tikaf / Bab I’tikaf ( 2036 )

  2. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab I’tikaf / Bab I’tikaf di sepuluh hari terakhir ( 2026 ), dan Muslim : Kitab I’tikaf / Bab I’tikaf pada sepuluh hari terakhir dibulan ramadhan ( 1172 ).

  3. Ditakhrij oleh Al Bukhari : Kitabul I’tikaf / bab I’tikaf Fiel Ashril awakhir ( 2027 )

Download :



Senin, 24 Agustus 2009

ALLAH TURUN KE LANGIT DUNIA SETIAP MALAM 1

Dan ini seperti sabda Rasulullah Saw :
“Rabb kami turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang akhir dan berfirman: “ Barang siapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan doanya, barang siapa yang minta akan Aku berikan permintaannya yang memohon ampun akan Aku ampunkan dia.” ( Muttafaq’alaih).2

Hadits ini telah masyhur dalam kitab-kitab shahih, sunnah dan musnad, dan sekarang disepakati tentang diterimanya dan dibenarkannya dikalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahkan diantara kaum Muslimin yang belum dirusak oleh bid’ah, yangmereka mengetahui dengannya tentang keagungan Rabb mereka, luas pemberian-Nya dan perhatian-Nya kepada hamba-Nya, serta penanganan-Nya terhadap semua kebutuhan agama dan dunia hamba-Nya.

Turunnya Allah secara hakikat menurut apa yang Ia kehendaki. Ahlus Sunnah menetapkan tentang turunnya Allah kelangit dunia sebagaimana merka menetapkan seluruh sifat yang telah tetap dalam Al-Qur’an dan As-sunnah. Mereka menahan diri dari menanyakan tentang kaifiatnya, yaitu tidak menyerupakan dengan makhluk-Nya, tidak menafikan ( meniadakan ) sifat-Nya, tidak mengingkari-Nya, dan mereka ( Ahlus Sunnah ) berkata: “ Sesungguhnya Rasulullah tidak mengabarkan kepada kita, bagaimana turun-Nya dan kita mengetahui bahwa Allah itu berbuat apa yang Ia ungunka dan Allah berkuasa atas segala sesuatu.”

Oleh karena itu orang-orang yang termuka dari kaum muslimin, mereka mencari waktu yang mulia ini untuk mendapatkan karunia dan pemberian-Nya, mereka melaksanakan ibadah kepada Allah dengan tunduk dan khusyu’ serta berdoa dengan merendah diri, mengharapkan dari Allah apa yang telah dijanjikan kepada mereka atas lisan Rasul-Nya. Mereka tahu bahwa janji Allah itu benar. Mereka takutdoanya tidak dikabulkan dikarenakan perbuatan dosa dan maksiat yang mereka lakukan .

Mereka menyatukan antara Khauf ( rasa takut ) dan raja’ ( mengharap ) dalam beribadah kepada-Nya Mereka mengetahui kesempurnaan nikmat allah atas mereka sehingga hati mereka penuh denga pengagungan dan keimanan kepada Rabb mereka.

Ringkasan Syarah Kitab Al-Aqidah Al-Wasithiyah, Pustaka Darul Haq

Penulis : Abul Harits Al-Halabiy Al-Atsari, Ali Hasan Ali Abdul Hamid

Pensyarah : Al-Allamatuusy-Syaikh Abdurrahman bin Nasjir As-Sa’di rah.
( Wafat Th 1376 H )

  1. Penetapan judul dari setiap hadits diambil dari Syarah Al-aqidah Al-wasithiyah, Dr. Shalih Fauzan Syarah Wasithiyah, Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani dan Syarah Khalil Haras, tahqiq Saqqaf.
  2. HR. Al-Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758. Dari sahabat Abu Hurairah, dalam bab ini diriwayatkan juga darir beberapa shahabat. Imam Ad-Daruquthni, mengumpulkan hadits-hadits Nuzulul dalam kitab tersendiri. Judulnya Kitabun Nuzul yang ditahqiq oleh Dr. ali bin Nashir Al-Faqihi hafidzahullah. ( hal 49 ).

Download Pdf:

http://www.ziddu.com/download/6179465/Allahturunkelangitdunia.pdf.html

Selasa, 18 Agustus 2009

Sholat

بسم اللّه الرّ حمن الرّ حيم
Firman Alloh Swt:
Artinya : dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah sholat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (Qs Ar-rum/30:31).
Artinya : Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan sholat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau pun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. ( Qs Ibrahim/14 : 31 ).
Banyak sekali perintah dari Al-qur'an maupun hadist Rasulullah Saw untuk mendirikan Sholat.
Untuk mempelajari tata cara Sholat sebagaimana Nabi SAW silahkan download file-file dibawah ini :
Sholat pdf:
Sifat sholat nabi Syaikh Al-albani rahimahullah :
Semoga bermanfaat.

Senin, 10 Agustus 2009

Tauhid ( Hakikat dan Kedudukannya )

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Firman Allah s.w.t.:
“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah[1] kepada-Ku.” (QS. Adz -Dzariyat/51 : 56).

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) "Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah thoghut.”[2] (QS. An - Nahl/16: 36).

“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al - Isra', 23- 24).

“Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmua, iaitu " Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak anak kamu kerana takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya mahupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu). Dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. Dan bahawa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), kerana jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al - An'am/6:151- 153).


Ibnu Mas'ud r.a. berkata: "Barang siapa yang ingin melihat wasiat Muhammad s.a.w. yang tertera di atasnya cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca firman Allah s.w.t.: "Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, iaitu "Janganlah kamu berbuat syirik sedikitpun kepadaNya, dan "Sungguh inilah jalan-Ku berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kalian ikuti jalan-jalan yang lain. [3] "

Mu'adz bin Jabal r.a. berkata:
"Aku pernah diboncengkan Nabi s.a.w. di atas keledai, kemudian beliau berkata kepadaku: " wahai muadz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya, dan apa hak hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah?, Aku menjawab: "Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui", kemudian beliau bersabda: "Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya ialah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahawa Allah tidak akan menyiksa orang orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, lalu aku bertanya: ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang?, beliau menjawab: "Jangan engkau lakukan itu, kerana khuwatir mereka nanti bersikap pasrah" (HR. Bukhari, Muslim).



Pelajaran penting yang terkandung dalam bab ini:



  1. Hikmah diciptakannya jin dan manusia oleh Allah s.w.t..

  2. Ibadah adalah hakikat (tauhid), sebab pertentangan yang terjadi antara Rasulullah s.a.w.dengan kaumnya adalah dalam masalah tauhid ini.

  3. Barang siapa yang belum merealisasikan tauhid ini dalam hidupnya, maka ia belum beribadah (menghamba) kepada Allah s.w.t.. inilah sebenarnya makna firman Allah: “Dan sekali-kali kamu sekalian bukanlah penyembah (Tuhan) yang aku sembah” (QS. Al Kafirun/109: 3)

  4. Hikmah diutusnya para Rasul[adalah untuk menyeru kepada tauhid, dan melarang kemusyrikan].

  5. Misi diutusnya para Rasul itu untuk seluruh umat.

  6. Ajaran para Nabi adalah satu, iaitu tauhid [mengesakan Allah s.w.t. saja].

  7. Masalah yang sangat penting adalah: bahawa ibadah kepada Allah s.w.t. tidak akan terealisasi dengan benar kecuali dengan adanya pengingkaran terhadap thoghut.
    Dan inilah maksud dari firman Allah s.w.t.: “Barang siapa yang mengingkari thoghut dan beriman kepada Allah, maka ia benar benar telah berpegang teguh kepada tali yang paling kuat” (QS. Al Baqarah/2: 256).

  8. Pengertian thoghut bersifat umum, mencakup semua yang diagungkan selain Allah s.w.t..

  9. Ketiga ayat muhkamat yang terdapat dalam surah Al - An'am menurut para ulama salaf penting kedudukannya, di dalamnya ada 10 pelajaran penting, yang pertama adalah larangan berbuat kemusyrikan.

  10. Ayat ayat muhkamat yang terdapat dalam surah Al Isra mengandungi 18 masalah, dimulai dengan firman Allah: “Janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain, agar kamu tidak menjadi terhina lagi tercela” (QS. Al Isra'/17: 22).
    Dan diakhiri dengan firmanNya: “Dan janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain, sehingga kamu (nantinya) dicampakan kedalam neraka jahannam dalam keadaan tercela, dijauhkan (dari rahmat Allah)” (QS. Al Isra'/17:39).
    Dan Allah mengingatkan kita pula tentang pentingnya masalah ini, dengan firmanNya: “Itulah sebahagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu” (QS. Al Isra'/17: 39).

  11. Satu ayat yang terdapat dalam surah An-Nisa', disebutkan didalamnya 10 hak, yang pertama Allah memulainya dengan firmanNya:
    “Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja), dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (QS. An - Nisa'/4:36).

  12. Perlu diingat wasiat Rasulullah s.a.w. di saat akhir hayat beliau.

  13. Mengetahui hak hak Allah yang wajib kita laksanakan.

  14. Mengetahui hak hak hamba yang pasti akan dipenuhi oleh Allah apabila mereka malaksanakanya.

  15. Masalah ini tidak diketahui oleh sebahagian basar para sahabat [4].

  16. Boleh merahasiakan ilmu pengetahuan untuk maslahah.

  17. Dianjurkan untuk menyampaikan berita yang menggembirakan kepada sesama muslim.

  18. Rasulullah s.a.w. merasa khuwatir terhadap sikap menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Allah.

  19. Jawapan orang yang ditanya, sedangkan dia tidak mengetahui adalah: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.

  20. Diperbolehkan memberikan ilmu kepada orang tertentu saja, tanpa yang lain.

  21. Kerendahan hati Rasulullah s.a.w., sehingga beliau hanya naik keledai, serta mahu memboncengkan salah seorang dari sahabatnya.

  22. Boleh memboncengkan seseorang diatas binatang, jika memang binatang itu kuat.

  23. Keutamaan Muadz bin Jabal.

  24. Tauhid mempunyai kedudukan yang sangat penting.
    _____________________________________
    Catatan Kaki:
    [1] Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah ta'ala dengan mentaati segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw. Dan inilah hakikat agama Islam, kerana Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada Allah semata, yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada Nya, dengan penuh rasa rendah diri dan cinta.
    Ibadah bererti juga segala perkataan dan perbuatan, baik lahir mahupun batin, yang dicintai dan diridloi oleh Allah. Dan suatu amal akan diterima oleh Allah sebagai ibadah apabila diniati dengan ikhlas kerana Allah semata ; dan mengikuti tuntunan Rasulullah saw.
    [2] Thoghut ialah : setiap yang diagungkan - selain Allah - dengan disembah, ditaati, atau dipatuhi ; baik yang diagungkan itu berupa batu, manusia ataupun syaitan.
    Menjauhi thoghut bererti mengingkarinya, tidak menyembah dan memujanya, dalam bentuk dan cara apapun.
    [3] Atsar ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abi Hatim.
    [4] Tidak diketahui oleh sebahagian besar para sahabat, kerana Rasulullah menyuruh Muadz agar tidak memberitahukannya kepada meraka, dengan alasan beliau khuwatir kalau mereka nanti akan bersikap menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Allah. Sehingga tidak mahu berlumba lumba dalam mengerjakan amal soleh. Maka Mu'adz pun tidak memberitahukan masalah tersebut, kecuali di akhir hayatnya dengan rasa berdosa. Oleh sebab itu, di masa hidup Mu'adz masalah ini tidak diketahui oleh kebanyakan sahabat.


Kitab Tauhid, Syaikh Muhammmad bin Abdul Wahab Attamimi


Daru Haq, Cetakan 4-Jakarta. 1999


Download Kitab Tauhid:


http://www.ziddu.com/download/5977518/lampiran_10_06_2009.zip.html


Kamis, 06 Agustus 2009

Tayamum


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Masih didalam Qs. Al-Maidah/5 : 6, Allah Swt memrintahkan kepada hambanya untuk melakukan Tayamum dengan debu yang suci sebagai pengganti bersuci baik berhadts kecil maupun berhadats besar bila tidak mendapatkan air.
Sebagaimana firman Alloh Swt :

  • Qs. An-Nissa’/4 : 43.
    “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun ”.
  • Qs. Al-Maidah/5 :6.
    “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur “.

    Mari kita perhatikan Hadits – hadits yang terdapat dalam Kitab Bulughul Maram dibawah ini :
  • Hadits ke-136. Dari Jabir Ibnu Abdullah bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku diberi lima hal yang belum pernah diberikan kepad seorang pun sebelumku, yaitu aku ditolong dengan rasa ketakutan (musuhku) sejauh perjalanan sebulan; bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud (masjid) dan alat bersuci, maka siapapun menemui waktu shalat hendaklah ia segera shalat." Muttafaq Alaihi.

  • Hadits ke-137. Dan menurut Hadits Hudzaifah Radliyallaahu 'anhu yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan: "Dan debunya dijadikan bagi kami sebagai alat bersuci."

  • Hadits ke-138. Menurut Ahmad dari Ali r.a: Dan dijadikan tanah bagiku sebagai pembersih.

  • Hadits ke-139. Ammar Ibnu Yassir Radliyallaahu 'anhu berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah mengutusku untuk suatu keperluan, lalu aku junub dan tidak mendapatkan air, maka aku bergulingan di atas tanah seperti yang dilakukan binatang, kemudian aku mendatangi Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan menceritakan hal itu padanya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "sesungguhnya engkau cukup degnan kedua belah tanganmu begini." Lalu beliau menepuk tanah sekali, kemudian mengusapkan tangan kirinya atas tangan kanannya, punggung kedua telapak tangan, dan wajahnya. Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.

  • Hadits ke-140. Dalam suatu riwayat Bukhari disebutkan: Beliau menepuk tanah dengan kedua telapak tangannya dan meniupnya, lalu mengusap wajah dan kedua telapak tangannya.

  • Hadits ke-141. Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tayammum itu dengan dua tepukan. Tepukan untuk muka dan tepukan untuk kedua belah tangan hingga siku-siku." Riwayat Daruquthni dan para Imam Hadits menganggapnya mauquf.

  • Hadits ke-142. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tanah itu merupakan alat berwudlu bagi orang Islam, meskipun ia tidak menjumpai air hingga sepuluh tahun. Maka jika ia telah mendapatkan air, hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan menggunakan air itu untuk mengusap kulitnya." Diriwayatkan oleh al-Bazzar. Shahih menurut Ibnul Qaththan dan mursal menurut Daruquthni.

  • Hadits ke-144. Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada dua orang laki-laki keluar bepergian, lalu datanglah waktu shalat sedangkan mereka tidak mempunyai air, maka mereka bertayamum dengan tanah suci dan menunaikan shalat. Kemudian mereka menjumpai air pada waktu itu juga. Lalu salah seorang dari keduanya mengulangi shalat dan wudlu sedang yang lainnya tidak. Kemudian mereka menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan menceritakan hal itu kepadanya. Maka beliau bersabda kepada orang yang tidak mengulanginya: "Engkau telah melakukan sesuai sunnah dan shalatmu sudah sah bagimu." Dan beliau bersabda kepada yang lainnya: "Engkau mendapatkan pahala dua kali." Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i.
  • Hadits ke-145. Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu tentang firman Allah (Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan), beliau mengatakan: "Apabila seseorang mengalami luka-luka di jalan Allah atau terserang penyakit kudis lalu ia junub, tetapi dia takut akan mati jika dia mandi maka bolehlah baginya bertayammum." Riwayat Daruquthni secara mauquf, marfu' menurut al-Bazzar, dan shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim.

TATACARA TAYAMUM BERDASARKAN AL-QUR’AN DAN HADITS DIATAS

  1. Tepukkan kedua telapak tangan ketanah /debu 1X.
  2. Tiup telapak tangan tersebut 1X.
  3. Usap muka dengan telapak tangan 1X.
  4. Usap tangan kanan sampai dengan pergelangan 1X.
  5. Usap tangan kiri sampai dengan pergelangan 1X.
  6. Selesai.

YANG MEMBATALKAN TAYAMUM

  • Hadats besar
  • Hadats kecil
  • Menemukan air kembali.

Insya Alloh bersambung bab sholat.

download :

RiyadhusshalihinNawawi.ziphttp://www.blogger.com/%20http://www.ziddu.com/download/5926560/RiyadhusshalihinNawawi.zip.html


Rabu, 05 Agustus 2009

Wudhu

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Perkara sholat adalah perkara yang sangat penting bagi setiap muslim. Sholat tidak terlepas dari syarat sahnya sholat salah satunya adalah Wudhu ( baca bersuci ). Karena Alloh Swt memerintahkan kepada hambanya untuk melakukan bersuci ketika hendak melaksanakan sholat. Bisa kita lihat perintah Alloh Swt didalam Qs. Al-Maidah/5 : 6, yang artinya :


" Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur".




Dan juga sabda Nabi Saw :


Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jika engkau hendak mengerjakan shalat maka sempurnakanlah wudlu', lalu bacalah (ayat) al-Quran yang mudah bagimu, lalu ruku'lah hingga engkau tenang (tu'maninah dalam ruku', kemudian bangunlah hingga engkau tegak berdiri, lalu sujudlah hingga engkau tenang dalam sujud, kemudian bangunlah hingga engkau tenang dalam duduk, lalu sujudlah hingga engkau tenang dalam sujud. Lakukanlah hal itu dalam dalam sholatmu seluruhnya." Dikeluarkan oleh Imam Tujuh lafadznya menurut riwayat Bukhari. Menurut Ibnu Majah dengan sanad dari Muslim: "Hingga engkau tenang berdiri." Bulughul maram No.278

Maka dari itu marilah kita mempelajari Wudhu sebagaimana Rasululloh berwudhu. Mari kita perhatikan hadits-hadits yang terdapat pada Kitab Bulughulmaram karya Imam Ibnu hajar al-asqolani dibawah ini :



  1. Hadits ke-55. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidaklah sah wudlu seseorang yang tidak menyebut nama Allah." Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dengan sanad yang lemah.
  2. Hadits ke-37. Dari Humran bahwa Utsman meminta air wudlu. Ia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, lalu berkumur dan menghisap air dengan hidung dan menghembuskannya keluar, kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Lalu membasuh tangan kanannya hingga siku-siku tiga kali dan tangan kirinya pun begitu pula. Kemudian mengusap kepalanya, lalu membasuh kaki kanannya hingga kedua mata kaki tiga kali dan kaki kirinya pun begitu pula. Kemudian ia berkata: Saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudlu seperti wudlu-ku ini. Muttafaq Alaihi.

  3. Hadits ke-38. Dari Ali Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dia berkata: Beliau mengusap kepalanya satu kali. Dikeluarkan oleh Abu Dawud. Tirmidzi dan Nasa'i juga meriwayatkannya dengan sanad yang shahih, bahkan Tirmidzi menyatakan bahwa ini adalah hadits yang paling shahih pada bab tersebut.

  4. Hadits ke-39. Dari Abdullah Ibnu Zain Ibnu Ashim Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusap kepalanya dengan kedua tangannya dari muka ke belakang dan dari belakang ke muka. Muttafaq Alaihi.

  5. Hadits ke-40. Lafadz lain dalam riwayat Bukhari - Muslim disebutkan: Beliau mulai dari bagian depan kepalanya sehingga mengusapkan kedua tangannya sampai pada tengkuknya, lalu mengembalikan kedua tangannya ke bagian semula.

  6. Hadits ke-41. Dari Abdullah Ibnu Amr Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu, ia berkata: Kemudian beliau mengusap kepalanya dan memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam kedua telinganya dan mengusap bagian luar kedua telinganya dengan ibu jarinya. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i. Ibnu Khuzaimah menggolongkannya hadits shahih.


ANGGOTA BADAN YANG WAJIB UNTUK DIBASUH

Bedasarkan Qs. Al-maidah/5:6 anggota badan yang wajib dibasuh dan diusap adalah :

  • Membasuh wajah / muka.
  • Membasuh kedua tangan sampai dengan siku.
  • Mengusap kepala.
  • Membasuh kedua kaki sampai dengan mata kaki.


ANGGOTA BADAN YANG WAJIB DAN SUNNAH UNTUK DIBASUH



Berdasarkan Qs.Al-maidah/5;6 dan hadits-hadits diatas, anggota badan yang dibasuh dan diusap adalah :

  • Mencuci telapak tangan 3X
  • Berkumur dan menghirup air dengan hidung dan mengeluarkan air dari hidung 3X.
  • Membasuh muka 3X.
  • Membasuh tangan kanan sampai dengan siku 3X.
  • Membasuh tangan kiri sampai denagan siku 3X.
  • Mengusap kepala dari depan digerakkan kebelakang sampai tengkok dan kembali kedepan langsung jari telunjuk masukkan kedalam lubang telinga dan ibu jari mengusap telinga dengan 1X usapan saja.
  • Membasuh kaki kanan sampai dengan mata kaki 3X.
  • Membasuh kaki kiri sampai dengan mata kaki 3X.
  • Selesai.
  • Jangan lupa baca doa setelah wudhu dengan doa:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Artinya :“Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya”. HR.Muslim ( Bulughul maram No.62 ).


Semoga bermanfaat.


Insya Alloh bersambung bab tayamum.